Diphylidium caninum
Morfologi
Telur cacing Dipylidium
caninum (Gambar 1.). Ciri khas
telur cacing D. cacninum adalah telur
yang berkelompok dengan isi 8-15 telur yang terbungkus oleh selaput membran
yang tipis (Narasimham et al, 2013).
Gambar 1. Telur cacing Dipylidium
caninum pada mikroskop.
Cacing D. caninum terdiri dari kepala, leher dan strobila (Cabello et al,
2011). Kepala cacing pita ini dilengkapi bothridia,
bothria, atau scolex yang berfungsi untuk menempel pada dinding usus. Bagian
anterior scolex terdapat rostellum yang dilengkapi kait. D. caninum memiliki ciri khas segmen
yang terdiri dari organ reproduksi jantan atau betina yang bernama proglotid
(Cahyani dkk, 2019). Proglotid D. caninum
biasanya 12mm panjang dan bentukannya seperti beras (Chong et al, 2020).
(A)
(B)
Gambar 2 (A). Cacing D. caninum yang nampak rostellum
(sumber: parasite.org), Gambar 2 (B). Proglotid
cacing D. caninum (sumber:
pathologyoutlines.com)
Klasifikasi
Klasifikasi Dipylidium caninum menurut Cahyani dkk (2019)
adalah
Filum :
Platyhelminthes
Kelas :
Cestoda
Ordo :
Cyclophylidea
Famili :
Dipylididae
Genus :
Dipylidium
Spesies : Dipylidium caninum
Inang dan Predileksi
- - Inangnya definitifnya yaitu anjing dan kucing.
- -Inang antaranya adalah pinjal Ctenocephalides felis dan Ctenocephalides
canis (Narasimham et al, 2013).
- - Inang incidental: Manusia (CDC, 2019).
- - Predileksi: Usus halus
Siklus Hidup
Dalam lingkungan,
telur cacing keluar berssama feses. Host intermediet yaitu pinjal Ctenocephalides pada fase larva mencerna
paketan telur cacing. Oncosfer menetas dan berkembang menjadi cysticercoid.
Stadium cystecercoid ini berada di tubuh inang sementara hingga pinjal menjadi
dewasa. Inang utama seperti anjing atau kucing tertular cysticercoid dari
pinjal. Cysticercoid akan mengarah ke usus halus inang utama dan berkembang
menjadi cacing dewasa sekitar 1 bulan (CDC, 2019).
Gambar 3. Siklus hidup cacing Dipylidium caninium (Sumber: CDC.gov)
Kepentingan
Dipylidiasis yang merupakan penyakit
cacing pita uang bersifat zoonosis karena dapat ditluarkan kepada manusia
melalui inang sementara seperti pinjal anjing atau kucing. Gejala spesifik pada
kasus ini kucing atau anjing menggosokkan anus pada lantai karena rasa gatal
pada area perianal serta keberadaan segmen cacing pada area perianal (Cahyani
dkk, 2019).
Penyakit dipylidiasis pada manusia
jarang dilaporkan, tetapi berdasarkan laporan penyakit ini lebih sering
menyerang anak-anak. Kebanyakan pada manusia kasus ini bersifat asimtomatik,
tetapi kasus dipylidiasis hebat pada anak pernah dilaporkan dengan gejala sakit
pada daerah abdomen (Narasimham et al,
2013).
Diagnosa
Melalui pemeriksaan feses anjing atau
kucing. Bisa menemukan cacing dewasa pada usus halus. Melihat ciri khas
morfologi cacing dan melihat gejala klinis anjing atau kucing yang menggosokkan
anusnya di lantai atau jalanan.
Prognosa
Fausta.
Pengobatan dan Pengendalian
Pengobatan untuk kasus dipylidiasis
pada anjing kucing yaitu penggunaan obat praziquantel palmoat dan niclosamide.
Pencegahan dengan menjaga lingkungan anjing dan kucing agar terbebas dari
infestasi cacing dan menyingkirkan inang sementara pinjal kucing dan anjing
(Narasimham et al, 2013).
Daftar Pustaka
Cabello, R. R., A. C. Ruiz, R. R. Feregrino, L. C. Romero, R. R.
Feregrino, and J. T. Zavala. 2011. Dipylidium caninum infectio. BMJ Case
Reports 2011
Cahyani, A. P., I. N. Suartha., dan N. S. Dharmawan. 2019. Laporan
Kasus: Penanganan Dipylidiasis pada Kucing Angora dengan Praziquantel. Jurnal
Sains dan Teknologi Peternakan Vol. 1, No. 1:20-24.
CDC. 2019. Dipylidium caninum. Centers for Disease Control and
Prevention. https://www.cdc.gov/dpdx/dipylidium/index.html
(diakses 16 November 2020)
Chong, H. F., R. A. Hammoud, and M. L. Chang. 2020. Presumptive Dipylidium caninum Infection in a
Toddler. Hindawi Case Reports in Pediatrcis, Vol. 2020, Article ID 4716124:
1-3.
Narasimham, M. V., P. Panda, I. Mohanty, S. Sahu, S. Padhi, and M. Dash.
2013. Dipylidium caninum infeciton.
Indian Journal of Medical Microbiology Vol. 31, No. 1:82-84.